Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tak Ada Cinta Mati Kader PKS Untuk LHI

Entah mengapa, kasus LHI yang
divonis MA 18 tahun dan dicabut
hak politik, tidak berlaku untuk para
koruptor kelas kakap. Anas
Urbaningrum hanya divonis 8 tahun
penjara plus denda, tanpa dicabut
hak berpolitik. Lebih parah lagi, Atut
Sang Gubernur Banten, pun hanya 4
tahun, dan tanpa dicabut hak politik
sebagai WN.
Entah mengapa lagi, stigma negatif
Korupsi Sapi yang masih "belum
terbukti" terus disematkan kepada
partai yang dipimpin LHI. Tapi
stigma yang sama tidak pernah
ditahbiskan kepada PDIP si juara
korupsi, atau Demokrat, Golkar, PPP,
Hanura, Gerindra, dan parpol lain.
Jika ada seseorang yang sedikit
bertanya, mengapa kader-kader PDIP
yang jumlahnya ratusan dan terbukti
di pengadilan, lantas dihukum
ringan? Pasti jawabannya, "PDIP dan
parpol lain kan bukan partai
dakwah!"
Semua seakan sepakat, PKS dan
kadernya harus sesuci malaikat.
Dianggap kader-kader PKS adalah
manusia-manusia suci, hingga tak
layak terpeleset. Maka untuk LHI,
penyikapan kasusnya sangat
superspesial. Kantor DPP PKS
dikepung aparat. LHI ditangkap.
Disergap. Digiring ke mobil tahanan
KPK. Kemudian dijebloskan ke
penjara. Semua assetnya disita.
Mobil-mobil yang bukan miliknya
diambil paksa. Jangan lupakan
aroma wanita-wanita Fustun yang
melengkapi berita, mengalahkan
cerita korupsi Fathanah yang penuh
intrik dan kepalsuan cerita.
Terus terang, saya bukan pengurus
PKS. Sejak baligh saya sudah
mendukung PPP. Kemudian tahun
1998 memilih PBB, dan sempat
bertemu Yusril Ihza Mahendra di
Kairo. Simpati saya kepada PKS, titik
tolaknya harapan agar PKS mampu
menjadi terdepan dalam Ishlahul
Hukumah (perbaikan pemerintahan,
Clean Government). Sebuah
perjuangan yang teramat berat.
Karena negara yang sudah dikuasai
mafia, dan masyarakat yang
cenderung membabi buta dalam
benci dan cinta.
LHI sedang menjalani hukuman yang
terlalu berlebihan. Standar untuk
LHI, adalah standar hukuman para
Nabi. Sedang hukuman untuk
koruptor lain, standarnya standar
bajingan. Tentu saja, LHI bukan
nabi, bukan pula wali. Tapi untuk
LHI, indikasi korupsi menerima suap
1 milyar dari asumsi katanya 40
milyar, adalah kebejatan moral.
Namun bagi yang lain, korupsi di
atas 1 Triliyun hingga 700 Triliyun
(Bus Tranjakarta-BLBI-Century-
Hambalang), adalah wajar dan
normal.
Namun hikmah di balik semua itu
sangat jelas dan mudah diterawang.
Saya menemukan, kader-kader PKS
mulai mawas diri. Sabar dijuluki
Pecinta Korupsi Sapi. Lalu setiap
aktivitas dan agenda kebajikannya
senantiasa dianggap Kotoran Sapi. Si
penuduh tidak sadar, otak yang
penuh kotoran sapi itu adalah
otaknya sendiri. Karena kader-kader
PKS sangat mudah move on. Tidak
ada cinta mati untuk LHI. Seperti
cinta mati untuk Megawati atau
Jokowi. LHI dipenjara tak ada yang
demo apalagi berbuat angkara
murka. Tapi jangan harap bisa
menyentuh Megawati atau Jokowi.
Bisa jadi anda dan kita akan diusir
dari negeri yang katanya sedang
direvolusi!
Salam gigit dua jari!
(Nandang Burhanudin)
Jelang Munas, PKS Tetap Solid Karena Diikat Persaudaraan
PKS Sukasari, Bandung - Menjelang Munas PKS, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Nasir Djamil yakin bahwa partainya tidak akan bernasib seperti Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan ketika menghadapi musyawarah nasional untuk menentukan kepengurusan baru.
“Kami punya keyakinan tidak akan seperti itu,” ujar Nasir di Kantor Fraksi PKS, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (26/3/2015).
Keyakinan bahwa PKS tidak akan terbelah, menurut Nasir, karena PKS adalah partai ideologis. PKS diakui Nasir bukan partai yang digunakan masing-masing kadernya sebagai kendaraan pribadi untuk mencapai kekuasaan.
Anggota Komisi III DPR RI ini mengatakan, yang menjadi perbedaan PKS dengan partai-partai lainnya ialah sifat kekeluargaan yang memperkecil potensi terbelah.
“Melalui pengurus-pengurus di daerah-daerah, kami punya keyakinan bahwa PKS ini kan salah satu yang mengikat partai ini adalah persaudaraan. Itu yang membuat kami nyaman di dalam,” tutur Nasir.
(Imanuel Nicolas Manafe)
sumber: inipks.com
Langganan:
Komentar
(
Atom
)
